Menolak ajakan suami untuk berhubungan
Seorang istri yang menolak ajakan dari suami untuk berhubungan intim, meskipun sang istri tidak sedang berhalangan atau kekurangan apapun adalah perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah.
Dari Abu Hurairah menyatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada seorang suami yang mengajak istrinya ke tempat tidur kemudian istrinya menolak sehingga suaminya marah atas dirinya, maka malaikat melaknat perempuan tersebut hingga datangnya pagi hari.” (HR. Bukhari).
Doa seorang istri sangat mustajab
Selain doa orangtua pada anak dan sebaliknya, salah satu doa yang mustajabah adalah doa seorang istri untuk suaminya. Mengetahui hal tersebut, janganlah coba-coba menyakiti fisik maupun batin istrimu apabila suami ingin didoakan yang terbaik.
Bahkan, istri juga ikut andil dalam mempercepat kesuksesan, kebahagiaan, dan rezeki yang melimpah bagia suami melalui doa yang dipanjatkan.
Melakukan perselingkuhan
Dosa besar seorang istri pada suami adalah perselingkuhan. Selingkuh yang dilakukan oleh seorang istri tentunya akan berdampak buruk pada sang suami. Perbuatan berselingkuh dari seorang istri adalah sebuah pengkhianatan pada suami yang telah sama-sama saling berjanji untuk setia di hadapan Allah SWT.
Tidak hanya menyakiti hati suaminya saja, perbuatan selingkuh juga dapat membuat istri menjadi lalai akan tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Contohnya seperti tidak melayani sang suami dengan sepenuh hati, mengabaikan pendidikan anak, malas mengurusi rumah tangga serta mencoreng kehormatan keluarga dan suami.
Lebih jauh lagi, perselingkuhan dari seorang istri dapat meretakan hubungan rumah tangga bahkan memutus ikatan pernikahan yang suci serta kuat. Oleh sebab itulah, Allah memberikan ganjaran setimpal bagi istri yang berselingkuh.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Quran surat At-Tahrim ayat 10, berikut bunyi suratnya:
“Allah SWT membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada pada bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba Kami.
Kemudian kedua istri tersebut berkhianat pada kedua suaminya. Maka, kedua suaminya pun tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksaan Allah dan dikatakan bahwa kepada keduanya, ‘Masuklah ke api neraka bersama dengan orang-orang yang masuk neraka.’” (QS. At-Tahrim: 10).
Menjaga badan agar senantiasa harum
Adab ketujuh ini berkaitan dengan kenyamanan yang akan dirasakan oleh suami dan keluarga atau orang-orang terdekat. Ketika seorang istri memiliki badan yang harum, maka suami pun betah berlama-lama dekat dengan istri.
Harum yang dimaksudkan tidak melulu soal parfum, tetapi juga terkait mandi teratur untuk menjaga kebersihan serta kesegaran badan.
Penyebab Suami Selingkuh
Suami selingkuh biasanya tidak terjadi begitu saja. Ada berbagai alasan atau faktor yang menjadi alasan di balik suami selingkuh, di antaranya:
Selain faktor di atas, suami selingkuh juga bisa disebabkan oleh masalah psikologis, seperti kecanduan seks, atau memang karena rasa cinta telah pudar. Karena alasan suami selingkuh bisa bermacam-macam, kamu sebaiknya tidak langsung menyalahkan dan menghakimi diri sendiri ketika hal ini terjadi, ya.
Terkadang, sebaik atau sehebat apa pun dirimu, kesetiaan suami merupakan hal yang tidak bisa kamu kontrol, terlebih jika dia memang memiliki tabiat suka mendua.
Berdusta di hadapan sang suami
Berdusta atau berbohong merupakan perbuatan dosa seorang istri kepada suami yang tentu saja dibenci oleh Allah. Banyak dari perbuatan istri yang termasuk berdusta. Contohnya adalah berbohong mengenai uang yang dikeluarkan untuk berbelanja. Berbohong seperti itu dilarang oleh syariat agama Islam sesuai dengan sabda dari Rasulullah SAW, berikut ini.
“Hendaklah dirimu selalu benar. Sesungguhnya, kebenaran akan membawa pada kebajikan dan kebajikan akan membawa kepada surga. Selama seseorang berbuat benar dan selalu memilih kebenaran, maka ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benar atau jujur.
Berhati-hatilah pada dusta. Sesungguhnya dusta akan membawa pada neraka. Selama seseorang berdusta dan selalu memilih untuk berdusta, maka ia akan tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta atau pembohong. (HR. Bukhari).
Suami berfungsi sebagai qowwam dalam rumah tangga
Dasar dari suami membentak istri sama halnya dengan menghina pasangan hidupnya. Berdasarkan ceramah dari Ustadzah Umi Makki, dalam kajiannya ia menjelaskan perihal hukum suami yang menghina istri.
Ia menyebutkan bahwa salah satu fungsi suami adalah Ar-rijālu qawwāmụna 'alan-nisā seperti penggalan dalam surat An-nisa ayat 34, yang artinya "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan."
Fungsi suami dalam rumah tangga, salah satunya menanggung semua beban yang ada pada pundak istrinya.
"Ketika melihat istrinya merasa tertekan jadilah penenang hati penyejuk jiwa. Ketika melihat istrinya tidak percaya diri, angkatlah derajatnya," jelas ustadzah Umi Makki.
Maka dari itu, tidak ada celah sedikitpun bagi suami membentak istri untuk menyakiti hatinya. Terlebih, apabila dalam bentakan tersebut, suami juga mengeluarkan kaat-kata hinaan, maka ia sudah menghilangkan fungsi dirinya sebagai laki-laki dan suami.
Menyakiti hati istri berarti menyakiti anak
Pada dasarnya, perempuan adalah makluk Allah SWT yang kuat, ia mampu berbuat apa saja serta menahan derita apapun demi kebaikan suami dan keluarganya. Namun, jika seorang suami mulai membentak istri, maka runtuhlah kekuatannya.
Tak hanya menyakiti perasaan dan melukai hatinya, tapi suami juga meremukan jiwa dan raganya tanpa disadari. Di dalam Al-quran, tepatnya pada QS. An-Nisa Ayat 19, menjelaskan mengenai hukum suami yang menyakiti istri, sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak," (QS. An-Nisa Ayat 19).
Istri yang mengalami hal ini tentu akan berdampak langsung pada sang anak. Apalagi, jika suami melakukannya di depan buah hati.
Logisnya, apabila istri yang sakit baik pada fisik dan batinnya, ia tidak akan maksimal mengurus rumah tangganya. Istri bisa saja lalai mengurus sang anak, terlebih jika anak menyadari perubahan yang terjadi pada mamanya.
Anak mungkin saja akan membenci sosok papa yang bersikap kasar, dengan membentak sosok yang melahirkannya.
Maka dari itu, seorang suami yang selalu membentak istri, tidak termasuk dalam orang yang berkeyakinan Islam. Namun, mereka adala orang yang masih menganut sisa dari keyakinan jahiliyah dan pembodohan dalam pikiranya.
Haram hukumnya apabila tujuan suami membentak untuk kekerasan
Sebagai kepala rumah tangga, suami memiliki kedudukan yang lebih tinggi, lalu hak, dan tanggung jawab atas istrinya. Ia harus bisa membawa keluarganya ke jalan yang diridai oleh Allah SWT.
Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa suami boleh semena-mena kepada istri. Salah satunya dengan membentak, perlu dipahami bahwa istri adalah manusia yang tak pernah bisa luput dari kesalahan.
Bagaimana pun di dunia ini tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Maka dari itu, suami yang berani membentak istri dengan tujuan untuk menyakiti hatinya, yaitu haram. Allah SWT melarang keras para umatnya berperilaku kasar dan keras kepada sesama, terlebih dengan tujuan yang buruk.
Islam juga menganggap bahwa bentakan dengan niat buruk adalah perbuatan yang zalim. Apabila suami melakukan hal ini pada sang istri, maka dia telah melakukan dosa yang amat besar, dan tubuhnya tidak lagi diharamkan dari api neraka.
Seyogyanya sebagai kepala keluarga, suami harus bisa bersikap bijaksana. Namun apabila tujuan dari bentakannya sebagai peringatan atau bentuk didikan suami kepada istri, hal tersebut diperbolehkan asal seusai pada prinsip syariat Islam.
Suami harus memiliki batasan ketika ingin menyadarkan istrinya, apabila ia berbuat salah. Allah SWT menunjukkan jalan penyelasaian konflik keluarga dalam QS. An-Nisa Ayat 34, yang berbunyi:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar,” (QS. An-Nisa Ayat 34).
Otoritas suami yang terdapat dalam ayat tersebut, perlu dipahami sebagai bentuk pendidikan, bukan untuk kekerasan. Akan ada kalanya cara membentak diperlukan, apabila sang istri melakukan hal yang sudah di luar batas.
Dalam menerapkan cara tersebut, suami harus memperhatikan hukumnya, agar mengetahui batasan dalam bermuammalah dengan istri. Mendidik istri dengan cara ini tidak dikategorikan sebagai kekerasan dalam rumah tangga.
Diam ketika suami sedang berbicara
Istri yang diam ketika suami berbicara merupakan seorang istri yang bersikap sopan pada suaminya. Jika ingin memotong pembicaraannya, maka sebaiknya sang istri meminta izin lebih dulu atau menunggu hingga suami selesai berbicara. Dengan cara ini, maka dapat mencegah timbulnya konflik-konflik kecil yang disebabkan oleh masalah sepele.